
Trump bela tarif dan menyebutnya sebagai 'obat' defisit perdagangan
Presiden AS, Donald Trump, telah membuat klaim baru yang berani. Tarif perdagangannya yang belum lama ini diperkenalkan merupakan satu-satunya solusi bagi defisit keuangan Amerika dengan Tiongkok dan Uni Eropa. Sehingga, sepertinya reaksi global terhadap tarif tidak sesuai. Bagaimanapun, Trump bersikeras bahwa tarif tersebut merupakan kepentingan semua orang. Ia juga menegaskan bahwa tarif akan tetap berlaku, menandakan bahwa dunia mungkin perlu menyesuaikan diri dengan realitas ekonomi baru ini.
Di media sosial, presiden menunjukkan bahwa surplus perdagangan AS dengan sebagian besar negara meningkat selama masa jabatan Biden. Namun, Trump mengatakan bahwa ia siap untuk membalikkan tren ini. Untuk melakukannya, ia meluncurkan tarif besar-besaran yang digambarkan sebagai "hal yang sangat indah" bagi Amerika.
Postingannya muncul tidak lama setelah ia mengatakan pada wartawan bahwa menyelesaikan defisit perdagangan AS dengan Tiongkok merupakan prioritas utamanya, dan tanpa solusi, kesepakatan dengan Beijing bahwa tidak akan lagi dibahas.
Trump mengklaim bahwa ia tidak berniat menghancurkan pasar. Namun, ia tetap teguh pada keyakinannya bahwa tarif merupakan "obat" yang dibutuhkan perdagangan global.
Tidak semua orang setuju. Pasar sedang bergejolak di tengah kekhawatiran bahwa tarif Trump dapat menyebabkan kerusakan ekonomi yang serius. Bea masuk ternyata jauh lebih berat dari yang diantisipasi, memicu kerugian triliunan dolar selama dua sesi perdagangan terakhir. Pada tanggal 6 April, saham berjangka AS anjlok. Akibatnya, analis dan investor bersiap menghadapi apa yang disebut "Black Monday," mengantisipasi aksi jual tajam di seluruh pasar global, Meskipun situasinya jauh dari optimis
Selama seminggu terakhir saja, tarif Trump telah menghapus sekitar $4 triliun dari pasar ekuitas global. Tiongkok paling terpukul, tetapi Beijing merespons dengan cepat dengan serangkaian tindakan pembalasan. Para pemimpin Eropa juga mempersiapkan tindakan balasan mereka dalam menanggapi perang dagang Washington yang meningkat.